Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas Normal dan
Komplikasi
Definisi dan tujuan Nifas normal
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir
ketika alat – alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas
berlangsung selama kira – kira 6 minggu (Prawirohardjo, 2006 : 122)
Tujuan
asuhan keperawatan masa nifas adalah :
- Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologik.
- Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau
merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.
- Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi,
keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan
bayi sehat.
- Memberikan pelayanan keluarga berencana.
Pembagian Masa Post Partum (Nifas)
Menurut referensi dari Prawirohardjo (2009:238), pembagian nifas di bagi 3
bagian, yaitu :
1. Puerperium Dini
·
Yaitu kepulihan dimana ibu di perbolehkan berdiri dan berjalan. Dalam agama
Islam, dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
2. Puerperium Intermedial
·
Yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu.
3. Remote Puerperium
·
Yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila
selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat
sempurna bisa berminggu, bulan atau tahunan.
Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Selama Post Partum (Nifas)
1. Uterus
·
Involusi uterus melibatkan peng-reorganisasian dan pengguguran decidua atau
endometrium serta pengelupasan situs placenta sebagaimana diperlihatkan
(Varney, 2004:252).
·
Segera setelah kelahiran bayi, placenta dan membran, beratnya adalah
kira-kira 1100 gram dengan panjang kira-kira 15 cm, lebar 12 cm, serta 8 sampai
10 cm tebalnya. Ukuran itu adalah kira-kira dua atau tiga kali ukuran uterus
non hamil, multipara.
·
Uterus berkurang beratnya sampai menjadi kira-kira 500 gram pada akhir
minggu pertama post partum, 300 gram sampai 350 gram pada akhir minggu kedua,
100 gram pada akhir minggu keenam, dan mencapai berat biasa non hamil 70 gram
pada akhir minggu kedelapan post partum.
·
Segera setelah kelahiran, bagian puncak dari fundus akan berada kira-kira
dua pertiga sampai tiga perempat tingginya diantara shympisis pubis dan
umbilicus.
·
Fundus ini kemudian akan naik ketingkat umbilicus dalam tempo beberapa jam.
Ia akan tetap berada pada kira-kira setinggi (atau satu jari lebarnya di bawah)
umbilicus selama satu, dua hari dan kemudian secara berangsur-angsur turun ke
pinggul, kemudian menjadi tidak dapat dipalpasi lagi bila di atas symhisis
pubis setelah hari ke sepuluh (Varney, 2004:252).
2. Involusi tempat plasenta
·
Ekstrusi lengkap tempat plasenta perlu waktu sampai 6 minggu.
·
Proses ini mempunyai kepentingan klinik yang amat besar, karena kalau
proses ini terganggu, mungkin terjadi pendarahan nifas yang lama. Segera
setelah kelahiran, tempat plasenta kira-kira berukuran sebesar telapak tangan,
tetapi dengan cepat ukurannya mengecil. Pada akhir minggu kedua, diameternya 3
sampai 4 cm.
·
Segera setelah berakhirnya persalinan, tempat plasenta normalnya terdiri
dari banyak pembuluh darah yang mengalami trombosis yang selanjutnya mengalami
organisasi trombus secara khusus.
3. Pembuluh darah uterus
·
Di dalam uterus sebagian besar pembuluh darah mengalami obliterasi dengan
perubahan hialain, dan pembuluh yang lebih kecil tumbuh ditempat mereka.
·
Reasorbsi residu yang mengalami hialinisasi diselesaikan dengan proses yang
serupa dengan yang di temukan di ovarium setelah ovulasi dan pembentukan korpus
luteum. Tetapi sisa-sisa kecil tetap ada selama bertahun-tahun, yang dibawah
mikroskop memberikan cara untuk membedakan antara uterus wanita multipara dan
nullipara.
4. Lochia
·
Lochia adalah nama yang diberikan pada pengeluaran dari uterus yang
terlepas melalui vagina selama masa nifas (Varney, 2004:253).
·
Pengeluaran Lochia dapat dibagi berdasarkan jumlah dan warnanya sebagai
berikut :
1. Lokia lubra (merah) Seminggu pertama masa nifas darah yang keluar
biasanya berupa darah segar berwarna merah bersamaan dengan jaringan sisa-sisa
plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo (rambut bayi), dan mekonium
(kotoran bayi saat dalam kandungan). Lokia lubra mengandung banyak kuman.
2. Lokia sanguelenta Satu sampai dua minggu berikutnya darah yang
keluar berwarna merah dan berlendir yang disebut lokia sanguelenta.
3. Lokia serosa Dua minggu berikutnya, cairan yang keluar berwarna kekuningan.
Kandungannya sekarang berupa jaringan serosa atau sisa-sisa pengaruh hormon dan
lainnya.
4. Lokia alba Selanjutnya cairan yang keluar sudah berwarna putih biasa dan bening.
Ini normal dan tandanya sudah memasuki tahap pemulihan. Keempat tahapan
tersebut memakan waktu berkisar 6 minggu. Kecuali bila terjadi infeksi.
5. Vagina dan Perineum
·
Segera setelah persalinan, vagina dalam keadaan menegang dengan disertai
adanya edema dan memar, dengan keadaan masih terbuka.
·
Dalam satu atau dua hari edema vagina akan berkurang. Dinding vagina akan
kembali halus, dengan ukuran yang lebih luas dari biasanya.
·
Ukurannya akan mengecil dengan terbentuk kembalinya rugae, pada 3 minggu
setelah persalinan. Vagina tersebut akan berukuran sedikit lebih besar dari
ukuran vagina sebelum melahirkan pertama kali. Meskipun demikian latihan untuk
mengencangkan otot perineum akan memulihkan tonusnya (Varney, 2004:254).
6. Payudara
·
Konsentrasi hormon yang menstimulasi perkembangan payudara selama wanita
hamil, (estrogen, progesteron, human chorionic gonadotropin, prolaktin,
kortisol, dan insulin) menurun dengan cepat setelah bayi lahir. Waktu yang
dibutuhkan hormon-hormon ini untuk kembali ke kadar sebelum hamil sebagian
ditentukan oleh apakah ibu menyusui atau tidak.
7. Perubahan Sistem Ginjal
·
Pelvis ginjal dan ureter yang berdilatasi selama kehamilan, kembali normal
pada akhir minggu setelah melahirkan.
·
Segera setelah melahirkan kandung kemih tampak bengkak, sedikit terbendung,
dapat hipotonik, dimana hal ini dapat mengakibatkan overdistensi, pengosongan
yang tidak sempurna dan adanya sisa urin yang berlebihan kecuali bila diambil
langkah-langkah yang mempengaruhi ibu untuk melakukan buang air kecil secara
teratur meskipun pada saat wanita itu tidak mempunyai keinginan untuk buang air
kecil. Efek dari trauma selama persalinan pada kandung kemih dan ureter akan
menghilang dalam 24 jam pertama setelah melahirkan (Varney, 2004:255).
8. Dinding Abdomen
·
Strie abdominal tidak bisa dilenyapkan sama sekali akan tetapi mereka bisa
berubah menjadi garis-garis yang halus berwarna putih perak (Varney, 2004:255).
·
Ketika miometrium berkontraksi dan berektrasi setelah kelahiran dan
beberapa hari sesudahnya, peritonium yang membungkus sebagian besar uterus
dibentuk menjadi lipatan-lipatan dan kerutan-kerutan. Ligamentum latum dan
rotundum jauh lebih kendor daripada kondisi tidak hamil, dan mereka memerlukan
waktu cukup lama untuk kembali dari peregangan dan pengendoran yang telah
dialaminya selama kehamilan tersebut.
Asuhan masa nifas diperlukan dalm periode ini karena merupakan masa kritis
baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan
terjadi setelah persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam
pertama.
Masa neonates merupakan masa kritis dari kehidupan bayi, dua pertiga
kematian bayi terjadi dalam 4 minggu setelah persalinan dan 60% kematian bayi
baru lahir terjadi dalam waktu 7 hari setelah lahir. Dengan pemantauan melekat
dan asuhan pada ibu dan bayi pada masa nifas dapat mencegah beberapa kematian
ini.
Program dan Kebijakan Teknis
Paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai status
ibu dan bayi baru lahir, dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah –
masalah yang terjadi.
Kunjungan
|
Waktu
|
Tujuan
|
1
|
6 – 8 jam setelah persalinan
|
· Mencegah perdarahan pada masa nifas karena atonia uteri.
· Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan : rujuk bila perdarahan
berlanjut.
· Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana
mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
· Pemberian ASI awal.
· Melakukan hubungan anatara ibu dan bayi baru lahir.
· Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia.
Jika petugas kesehata menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu da
bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran, atau sampai ibu dan
bayi dalam keadaan stabil.
|
2
|
6 hari setelah persalinan
|
· Memastikan involusi uterus berjalan normal : uterus berkontraksi, fundus
di bawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.
· Menilai adanya tanda – tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.
· Memastikan ibu mendapatkan ckup makanan, cairan dan istirahat.
· Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda –
tanda penyulit.
· Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,
menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehati – hari.
|
3
|
2 minggu setelah persalinan
|
Sama seperti diatas (6 hari setelah persalinan).
|
4
|
6 minggu setelah persalinan
|
· Menanyakan pada ibu tentang penyulit – penyulit yang ia atau bayi alami.
· Memberikan konseling untuk KB secara dini.
|
PENILAIAN KLINIK
Anamnesis
Riwayat Ibu
|
Riwayat Sosial - Ekonomi
|
Riwayat Bayi
|
· Nama, umur
· Tanggal dan tempat lahir
· Penolong
· Jenis persalinan
· Masalah – masalah selama persalinan
· Nyeri
· Menyusui atau tidak
· Keluhan – keluhan saat ini, misalnya:kesedihan/depresi,pengeluaran
pervaginam/perdarahan/lokhia, putting/payudara
· Rencana masa dating:Kontrasepsi yang akan digunakan
|
· Respon ibu dan keluarga terhadap bayi
· Kehadiran anggota keluarga untuk membantu ibu dirumah.
· Para pembuat keputusan dirumah.
· Kebiasaan minum, merokok dan menggunakan obat.
· Kepercayaan dan adat istiadat.
|
· Menyusui
· Keadaan tali pusat
· Vaksinasi
· Buang air kecil / besar
|
Pemeriksaan kondisi ibu
Umum
|
Payudara
|
Perut/uterus
|
Vulva/perineum
|
· Suhu tubuh
· Denyut nadi
· Tekanan darah
· Tanda-tanda anemia
· Tanda-tanda edema/tromboflebitis
· Reflek
· Varises
· CVAT (cortical vertebral area tenderness)
|
· Putting susu: pecah, pendek, rata.
· Nyeri tekan
· Abses
· Pembekaan/ASI terhenti
· Pengeluaran ASI
|
· Posisi uterus/tinggi fundus uteri
· Kontraksi uterus
· Ukuran kandung kemih
|
· Pengeluaran lokhia
· Penjahitan laserasi atau luka episiotomy
· Pembengkakan
· Luka
· hemoroid
|
Penanganan
Tindakan yang baik untuk
asuhan masa nifas normal pada ibu
Tindakan
|
Deskripsi dan keterangan
|
Kebersihan diri
|
· anjurkan kebersihan selirih tubuh
· mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan
air.pastikan bahwa ia mengerti untuk membersihkan daerah di sekitar vulva
terlebih dahulu,dari depan ke belakang.baru kemudian membersihkan daerah
sekitar anus.nasehatkan ibu untuk membersihkan diri setiap kali selesai buang
air kecil atau besar.
· Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya dua
kali sehari.kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik,dan
dikeringkan di bawah matahari atau disetrika.
· Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan
sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
· Jika ibu mempunyai luka episiotomy atau lesari,sarankan kepada ibu untuk
menghindari menyentuh daerah luka.
|
Istirahat
|
· Anjurkan ibu untuk beristirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang
berlebihan.
· Sarankan ia untuk kembali ke kegiatan-kegiatan rumah tangga biasa
perlahan-lahan,serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur.
· Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal:
-Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi
-Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan
-Menyebabkan depresi dan ketidak mampuan untuk merawat bayi dan dirinya
sendiri
|
Latihan
|
· Diskusikan pentingnya mengembalikan otot-otot perut dan panggul kembali
normal.ibu akan merasa lebih kuat dan ini menyebabkan otot perutnya menjadi
kuat sehingga mengurangi rasa sakit pada punggung.
· Jelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit setiap hari sangat
membantu,seperti:
-dengan tidur telentang dengan lengan disamping,menarik otot perut selagi
menarik nafas,tahan nafas kedalam dan angkat dagu ke dada:tahan satu hitungan
sampai 5.rileks dan ulangi 10 kali.
-untuk memperkuet otot tonus vagina(latihan kegel)
· Berdiri dengan tungkai dirapatkan.kencangkan otot-otot,pantat dan pinggul
dan tahan sampai 5 hitugan.kendurkan dan ulangi sebanyak 5 kali.
Mulai dengan mengerjakan 5 kali latihan untuk setiap gerakan.setiap
minggu naukkan jumlah latihan 5 kali lebih banyak.pada minggu ke-6 setelah
persalinan ibu harus mengerjakan setiap gerakan sebanyak 30 kali
|
Gizi
|
Ibu menyusui harus:
· Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari
· Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein,mineral dan vitamin
yang cukup.
· Minum sedikit 3 liter air setiap hari ( anjurkan ibu untuk minum setiap
kali menyusui )
· Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40
pasca bersalin.
· Minum kapsul vitamin A ( 200.000 unit ) agar bisa memberikan vitamin A
kepada bayinya melalui ASInya
|
Perawatan payudara
|
· Menjaga payudara tetap bersih dan kering
· Menggunakan BH yang menyokong payudara.
· Apabila putting susu lecet oleskan kolestrum atau ASI yang keluar pada
sekitar puting susu setiep kali selesai menyusui.menyusui tetap dilakukan
dimulai dari putting susu yang tidak lecet.
· Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam.ASI
dikeluarkan dan diminumkan dengan menggunakan sendok.
· Untuk menghilangkan nyeri dapat minum parasetamol 1 tablet setiap 4-6
jam.
· Apabila payudara bengkak akibat pambandungan ASI,lakukan:
-pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan hangat selama 5
menit
-urut payudara dari arah pangkal menuju puting atau gunakan sisir
untukmengurut payudara dengan arah “Z” menuju putting
-keluarkan ASI sebagian dari bagian depan payudara sehingga putting susu
menjadi lunak
-susukan bayi setiap 2-3 jam sekali.apabila tidak dapat mengisap seluruh
ASI keluarkan dengan tangan
-Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui
-payudara dikeringkan
|
Hubungan perkawinan/rumah tangga
|
· Secara fisik aman untukmemulai hubungan suami istri begitu darah merah
berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke dalam vagina tanpa
rasa nyeri.begitu darah merah berhenti dan dia tidak merasakan
ketidaknyamanan,aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri kapan saj
ibu siap.
· Banyak budaya,yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri
sampai masa waktu tertentu,misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah
persalinan.keputusan tergantung pada pasangan yang bersangkutan.
|
Keluarga berencana
|
· Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun sebelum ibu
hamil kembali,setiap setiap pasangan harus menentukan sendiri kapan dan
bagaimana mereka ingin merencanakan tentang keluarganya.namun,petugas
kesehatan dapat membantu merencanakan keluarganya dengan mengajarkan kepada
mereka tentang cara mencegah kehamilan yang tidak diinginkan
· Biasanya wanita tidak akan menghasilkan telur ( ovulasi )sebelum ia
mendapatkan lagi haidnya selama meneteki.oleh karena itu,metode amenore
laktasi dapat dipakai sebelum haid pertama kembali untuk mencegah terjadinya
kehamilan baru,risiko cara ini ialah 2% kehamilan.
· Meskipun beberapa metode KB mengandung risiko,menggunakan kontrasepsi
tetap lebih aman,terutama apabila ibu sudah haid lagi
· Sebelum menggunakan metode KB,hal-hal berikut sebaiknya dijelaskan dahulu
kepada ibu:
-bagaimana metode ini dapat mencegah kehamilan dan efektivitasnya,
-kelebihan/keuntungannya,
-kekurangannya,
-efek samping,
-bagaimana menggunakan metode itu,
-kapan metode itu dapat mulai digunakan untuk wanita pascasalin yang
menyusui
· Jika seorang ibu/pasangan telah memilih metode KB tertentu,ada baiknya
untuk bertemu dengannya lagi dalam dua minggu untuk mengetahui apakah ada
yang ingin ditanyakan oleh ibu/pasangan itu dan untuk melihat apakah metode
tersebut bekerja dengan baik.
|
Tindakan lazim yang
tidak bermanfaat, bahkan dapat membahayakan.
Menghindari makanan berprotein seperti ikan dan telur
|
Ibu menyusui butuh tambahan kalori sebesar 500 per harinya
|
Penggunaan bebat perut segera pada masa masa nifas ( 2-4 jam pertama )
|
Selama 1 jam pertama,petugas perlu memeriksa fundus setiap 15 menit dan
melakukan masase jika kontraksi tidak kuat;selama 1 jam kedua masa nifas
petugas perlu memeriksa fundus setiap 30 menit dan melakukan masase jika
kontraksi tidak kuat,penggunaan pembebat perut selama masa kritis membuat
sulit bagi petugas kesehatan untuk menilai tonus dan posisi uterus,untuk
melakukan masase uterus jika diperlukan dan memperkirakan banyak darah yang
keluar
|
Penggunaan kantong es atau pasir untuk menjaga uterus berkontraksi
|
Meruoakan perawatan yang tidak efektif untuk atonia uteri.
|
Memisahkan bayi dari ibunya untuk masa yang lama pada 1 jam pertama
setelah kelahiran
|
Masa transisi adalah masa mesa kritis untuk ikatan dan bagi bayi untuk
memulai menyusu.bayi baru lahir pada 2 jam pertama setelah kelahiran
merupakan masa penting siaga;setelah masa ini,ia bisa tidur.
|
Perawatan Dalam Post Partum (Nifas)
·
Pengawasan Kala IV, 1 jam pertama dari nifas meliputi pemeriksaan plasenta
supaya tidak ada bagian-bagian plasenta yang tertinggal, pengawasan tingginya
fundus uteri, pengawasan perdarahan dari vagina, pengawasan konsistensi rahim,
pengawasan keadaan umum ibu.
·
Early ambulation, Kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing penderita
keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya selekas mungkin untuk berjalan.
·
Karena lelah habis persalinan, ibu harus istirahat, tidur terlentang,
selama 8 jam pasca persalinan, kemudian boleh miring ke kanan dan ke kiri untuk
mencegah terjadinya trombosi dan tromboemboli. Pada hari ke-2 diperbolehkan
duduk, hari ke-3 jalan-jalan, dan hari ke-4 atau ke-5 sudah diperbolehkan
pulang.
·
Mobilisasi tersebut bervariasi bergantung pada komplikasi persalinan,
nifas, dan sembuhnya luka-luka. Kini perawatan perenium lebih aktif dengan
dianjurkan “ Mobilisasi Dini ” (early mobilitation), perawatan ini mempunyai
keuntungan:
·
Memperlancar pengeluaran lochea, mengurangi infeksi nifas.
·
Mempercepat involusi alat kandungan.
·
Meningkatkan kelancaran peredaran darah sehingga mempercepat fungsi ASI dan
pengeluaran sisa metabolisme.
Perubahan Psikologis Pada Ibu Nifas
Menerima peran sebagai orang tua adalah suatu proses terjadi dalam 3 tahap
yang meliputi:
1. Fase Taking In
·
Fase ini merupakan periode ketergantungan yang berlangsung hari 1-2 setelah
melahirkan, pada saat itu fokus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri.
2. Fase Taking Hold
·
Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan, ibu merasa
khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnya dalam perawatan bayi,
ibu menjadi sangat sensitif dan mudah tersinggung.
3. Fase Letting Go
·
Fase untuk menerima tanggung jawab akan peran yang berlangsung 10 hari,
setelah melahirkan, sudah beradaptasi dengan bayinya.
(Fitramaya, 2008:124)
Selama masa nifas sangat penting menjaga kebersihan. Tanpa kebersihan yang
memadai infeksi mudah terjadi. Itu pula yang menjadi alasan dilarangnya
hubungan seksual semasa masa nifas, yaitu dikhawatirkan sisa-sisa kehamilan
yang seharusnya keluar dari rahim kembali terbawa ke dalam dan akhirnya
menimbulkan infeksi.
Infeksi nifas bahkan merupakan salah satu penyebab kematian ibu melahirkan.
Namun dengan promosi kesehatan ibu nifas yang dilakukan secara terus-menerus
serta kemajuan ilmu pengetahuan tentang infeksi dan pencegahannya, tingkat
kematian ibu nifas ini dapat dikurangi.
Infeksi nifas umumnya disebabkan oleh:
·
Organisme (kuman) yang dalam keadaan normal memang sudah berada di dalam
usus dan jalan lahir. Meskipun demikian, organisme (kuman) ini tidak
mempengaruhi janin dalam rahim.
·
Peralatan yang tidak steril. Kuman penyebab infeksi dapat juga berasal dari
sarung tangan atau alat-alat tidak steril yang dimasukkan ke dalam jalan lahir.
·
Kuman yang berasal dari hidung atau tenggorokan penolong persalinan
(dokter, bidan, perawat). Ini sebabnya penolong persalinan harus mengenakan
masker saat menolong persalinan.
·
Kondisi kesehatan ibu. Ibu dengan daya tahan tubuh yang kurang baik akan
mudah terkena infeksi nifas. Misalnya ibu yang menderita anemia, pneumonia,
penyakit jantung, pendarahan, dan pre-eklampsia (gejala keracunan kehamilan).
·
Proses persalinan yang lama, lebih-lebih yang didahului dengan pecahnya
ketuban yang sudah berlangsung lama.
·
Luka yang timbul di mulut rahim, daerah vulva, vagina, serta perineum
akibat proses persalinan. Luka seperti ini merupakan tempat yang sanagt disukai
oleh kuman, terutama kuman dari jenis E.coli (dari saluran
cerna) dan jenis anaerob (kuman yang tidak memerlukan oksigen
untuk hidup).
·
Tertinggalnya plasenta, selaput ketuban, dan bekuan darah di dalam rahim.
Penanganan Umum Pada Infeksi Nifas
- Antisipasi setiap
kondisi yang dapat berlanjut menjadi penyulit / komplikasi dalam masa nifas.
- Berikan pengobatan yang
rasional dan efektif bagi ibu yang mengalami infeksi nifas.
- Lanjutkan pengamatan dan
pengobatan terhadap masalah atau infeksi yang dikenali pada saat kehamilan
ataupun persalinan.
- Jangan pulangkan
penderita apabila masa kritis belum terlampaui.
- Beri catatan atau
instruksi tertulis untuk asuhan mandiri di rumah dan gejala – gejala yang harus
di waspadai dan harus mendapat pertolongan dengan segera.
- Lakukan tindakan dan
keperawatan yang sesuai bagi bayi baru lahir, dari ibu yang mengalami infeksi
pada saat persalinan.
- Berikan hidrasi oral /
IV secukupnya.
Promosi Kesehatan Ibu Nifas: Jaga Kondisi
Promosi Kesehatan Ibu Nifas: Jaga Kondisi
Jika infeksi nifas sudah terlanjur terjadi, maka pengobatan oleh dokter
merupakan hal yang mutlak dilakukan. Mengabaikan pengobatan infeksi nifas ini
dapat berakibat fatal. Infeksi nifas dapat menyebar melalui pembuluh darah vena
ke paru-paru, jantung atau otak. Selain itu juga dapat menyebar ke selaput
perut (peritonium), saluran telur, serta indung telur.
Dokter akan menyarankan pengujian laboratorium (getah vagina dan darah) agar dapat memilih antibiotika dan obat-obatan yang paling tepat untuk mengobatinya.
Promosi kesehatan ibu nifas dilakukan untuk mengurangi risiko terjadinya infeksi nifas. Promosi ini dilakukan sejak ibu masik hamil. Ibu hamil harus selalu diingatkan untuk:
Dokter akan menyarankan pengujian laboratorium (getah vagina dan darah) agar dapat memilih antibiotika dan obat-obatan yang paling tepat untuk mengobatinya.
Promosi kesehatan ibu nifas dilakukan untuk mengurangi risiko terjadinya infeksi nifas. Promosi ini dilakukan sejak ibu masik hamil. Ibu hamil harus selalu diingatkan untuk:
·
Menjaga daya tahan tubuh
·
Memenuhi asupan gizi
·
Menghindari terjadinya anemia. Jika sudah terkena anemia, segera hubungi
dokter untuk pengobatan.
·
Menjaga agar jangan sampai ketuban pecah sebelum waktunya. Jika ketiban
sudah terlanjur pecah, segera hubungi penolong persalinan. Penolong persalinan
akan menolong ibu agar dapat segera melahirkan.
Komplikasi – komplikasi yang akan muncul pada masa nifas
A. Metritis
Metritis adala infeksi uterus setelah persalinan yang merupakan salah satu
penyebab terbesar kematian ibu. Bila pengobatan terlambat atau kurang adekuat
dapat menjadi abses pelvic, peritonitis, syok septic, thrombosis vena dalam
yang dalam, emboli pulmonal, inveksi pelvik yang menahun, dispareunia,
penyumbatan tuba dan infertilitas.
- Berikan tranfusi bila
dibutuhkan. Berikan packed red cell.
- Berikan antibiotika
broadspektrum dalam dosis tinggi. Ampicilin 2 g IV, kemudian 1 g setiap jam di
tambah gentamisin 5 mg/kg berat badan IV dosis tunggal/hari dan metronidazol
500nmg IV setiap 8 jam. Lanjutkan antibiotika ini sampai ibu tidak panas selama
24 jam.
- Pertimbangkanpemberian
antitetanus profilaksis.
- Bila dicuragai adanya
sisa plasenta, lakukan pengeluaran (digital atau dengan kuret yang lebar).
- Bila ada pus lakukan
drainase (kalau perlu kolpotomi), ibu dalam posisi Fowler.
- Bila tidak ada perbaikan
dengan pengobatan konservatif dan ada tanda peritonitis generalisata lakukan
laparatomi dan keluarkan pus. Bila pada evaluasi uterus nekrotik dan septik
lakukan histerektomi subtotal.
B. Bendungan Payudara
Bendungan payudarah adalah peningkatan aliran vena dan limfe pada payudara
dalam rangka mempersiapkan diri untuk laktasi. Hal ini bukan disebabkan
overditensi dari saluran system laktasi.
Bila ibu
menyusui bayinya :
· Susukan sesering mungkin
· Kedua payudara disusukan
· Kompres hangat payudara sebelum disusukan
· Bantu dengan memijat payudara untuk permulaan menyusui
· Sangga payudara
· Kompres dingin pada payudara di antara waktu menyusui
· Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam
· Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk mengevaluasi hasilnya
Bila ibu tidak menyusui :
· Sangga payudara.
· Kompres dingin pada payudara untuk mengurangi pembengkaan dan rasa sakit.
· Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam.
· Jangan dipijat atau memakai kompres hangat pada payudara.
C. Infeksi Payudara
Infeksi payudara sesudah persalinan
Mastitis
Payudara tegang / indurasi dan kemerahan
· Berikan kloksasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari. Bila diberikan
sebelum terbentuk abses biasanya keluhannya akan berkurang.
· Sangga payudara
· Kompres dingin
· Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam
· Ibu harus didorong menyusui bayinya walau ada pus
· Ikuti perkembangan 3 hari setelah pemberian pengobatan
Abses payudara
Terdapat masa padat,mengeras dibawah kulit yang kemerahan
· Diperlukan anastesi umum (ketamin)
· Insisi radial dari tengah dekat pinggir areola,kepinggir supaya tidak
memotong saluran ASI
· Pecahkan kantong pus dengan tissue forceps atau jari tangan
· Pasang tampon dan draine
· Tampon dan drain diagkat setelah 24 jam
· Berikan kloksasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari.
· Sangga payudara.
· Kompres dingin
· Berikan parasetamol 500 mg setiap 4 jam sekali bila diperlukan.
· Ibu didorong tetap memberikan ASI walau ada pus.
· Lakukan follow up setelah pemberian pengobatan selam 3 hari.
D. Abses Pelvis
· Bila pelvic abses ada tanda cairan fluktuasi pada daerah cul – de – sac,
lakukan kolpotomi atau dengan laparatomi. Ibu posisi fowler.
· Berikan antibiotika broadspektrum dalam dosis yang tinggi. Ampisilin 2 g
IV, kemudian 1 g setiap 6 jam, ditambah gentamisin 5 mg/kg berat badan IV dosis
tunggal/hari dan metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam. Lanjutkan antibiotika ini
sampai ibu tidak panas selama 24 jam.
E. Peritonitis
· Lakukan nasogastric suction
· Berikan infuse (NaCl atau Ringer Laktat).
· Berikan antibiotika sehingga bebas panas selama 24 jam, ampisilin 2 g IV,
kemudian 1 g setiap 6 jam, ditambah gentamisin 5 mg/kg berat badan IV dosis
tunggal/hari dan metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam.
· Laparatomi diperlukan untuk pembersihan perut (peritoneal lavage).
F. Infeksi Luka Perineal
Dan Luka Abdominal
Disebabkan oleh keadaan yang kurang bersih dan tindakan pencegahan infeksi
yang kurang baik.
· Bedakan antara wound abcess, wound seroma, wound hematoma dan wound
cellulitis. Wound abcess, wound seroma dan wound hematoma suatu pengerasan yang
tidak biasa dengan mengeluarkan cairan serurosa atau kemerahan dan tidak ada
sedikit erithema sekitar luka insisi. Wound cellulitis didapatkan eritema dan
edema meluas mulai dari tempat insisi melebar.
· Bila didapat pus dan cairan pada luka, buka dan lakukan pengeluaran.
· Daerah jahitan yang terinfeksi dihilangkan dan dilakukan debridemen.
· Bila infeksi sedikit tidak perlu antibiotika.
· Bila infeksi relative superficial, berikan ampisilin 500 mg per oral setiap
6 jam dan metronidazol 500 mg per oral 3 kali/hari selama 5 hari.
· Bila infeksi dalam dan melibatkan otot dan menyebabkan nekrosis, beri
penisilin G 2 juta U IV setiap 4 jam (atau ampisilin inj 1 g 4x/hari) ditambah
dengan gentamisin 5 mg/kg berat badan perhari IV sekali ditambah dengan
metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam, sampai bebas panas selama 24 jam. Bila ada
jaringan nekrotik harus dibuang. Lakukan jahitan sekunder 2 – 4 minggu setelah
infeksi membaik.
· Berikan nasehat kebersihan dan pemakaian pembalut yang bersih dan sering
diganti.
G. Tromboflebitis Dan Pelviotromboflebitis
Perluasan infeksi nifas yang paling sering ialah perluasan atau invasi
mikroorganisme pathogen yang mengikuti aliran darah di sepanjang vena dan
cabang – cabangnya sehingga terjadi tromboflebitis.
Klasifikasi
· Pelviotromboflebitis
Pelviotromboflebitis mengenai vena – vena dinding uterus dan ligamentum
latum, yaitu vena ovarika, vena uterine dan vena hipogastrika. Vena yang paling
sering terkena ialah vena ovarika dekstra karena infeksi pada tempat implantasi
plasenta terletak di bagian atas uterus, proses biasanya unilateral. Perluasan
infeksi dari vena ovarika sinistra ialah ke vena renalis. Peritoneum, yang
menutupi vena ovarika dekstra, mengalami inflamasi dan akan menyebabkan
perisalpingo – ooforitis dan periapendisitis. Perluasan infeksi dari vena
uterine ialah ke vena iliaka komunis.
· Tromboflebitis femoralis
Tromboflebitis femoralis mengenai vena – vena pada tungkai, misalnya vena
femoralis, vena poplitea dan vena safena.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar